TANJUNG SELOR, — Ketua DPRD Kalimantan Utara Achmad Djufrie, menghadiri dan mengikuti penjajakan kerjasama bidang kelautan dan perikanan antara Pemprov Kaltara, dengan Pemprov Sulawesi Utara (Sulut), belum lama ini.
Rombongan Provinsi Kaltara diterima langsung Gubernur Sulawesi Utara, Mayjen TNI (Purn) Yulius Selvanus, SE, bersama jajaran Pemprov Sulut.
”Kehadiran kami di Sulawesi Utara merupakan bagian dari penjajakan kerja sama antarprovinsi, khususnya di sektor perikanan dan kelautan. Kaltara memiliki potensi besar yang selama ini belum tergarap optimal,” kata Achmad Djufrie.
Ia berharap, kerja sama tersebut dapat membuka peluang transfer pengetahuan, teknologi pengolahan hasil laut, serta memperkuat rantai pasok perikanan antardaerah.
“Kami ingin potensi yang Kaltara miliki dapat diolah secara maksimal, bukan hanya dari sisi produksi, tetapi juga dari sisi pengolahan dan pemasaran,” ujarnya.
Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Utara, sektor perikanan menjadi mata pencaharian utama bagi sekitar lima persen penduduk. Tercatat, jumlah nelayan di Kaltara mencapai 18.519 orang, pembudidaya ikan 24.677 orang, serta terdapat 388 unit pengolahan ikan (UPI).
Produksi perikanan budidaya tahun 2024 mencapai 604.720 ton, sementara perikanan tangkap sebanyak 36.867 ton. Provinsi ini juga memiliki dua pelabuhan perikanan, yakni Tengkayu II di Tarakan dan pelabuhan Sebatik di Nunukan. Konsumsi ikan masyarakat Kaltara tercatat sebesar 40,69 kilogram per kapita per tahun.
Komoditas unggulan Kaltara antara lain rumput laut dengan produksi 857.797 ton pada 2024, udang windu sebanyak 9.923 ton, dan bandeng 4.721 ton.
Adapun Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi dengan sistem pengelolaan perikanan yang maju. Tahun lalu, produksi perikanan tangkap Sulut tercatat 368.057 ton dan perikanan budidaya mencapai 599.491 ton. Komoditas andalan di daerah ini mencakup ikan tuna, cakalang, tongkol, selar, malalugis, dan kembung.
Sulut juga memiliki 125 unit pengolahan ikan dengan tiga jenis teknologi utama, yakni pengalengan (5 unit), pembekuan (109 unit), dan pengasapan (7 unit).
”Kami ingin memastikan bahwa pembangunan sektor kelautan tak hanya menghasilkan angka produksi, tetapi juga kesejahteraan yang dirasakan langsung oleh masyarakat,” pungkasnya.